Diantara hal yang memiliki pengaruh besar dalam ke-iman atau kebaikan islam seseorang adalah sahabat dekatnya. Apakah itu dari lingkungan keluarga, lingkungan dimana ia tinggal, lingkungan dimana ia bermain atau lingkungan belajar, dan semacamnya.
Nah, Jika lingkungan itu baik dan mendukung iman, maka seseorang akan ikut baik pula imannya.Demikian juga sebaliknya. Kondisi seperti ini juga pernah disampaikan oleh Rasulullah saw dalam salah satu sabda beliau, “Seseorang itu tergantung agama teman dekatnya, maka hendaknya kalian memperhatikan siapa yang dijadikan teman akrab.” (HR. Abu Dawud)
Dalam Sabda yang lain beliau juga pernah menyatakan,
“Sesungguhnya perumpamaan teman dekat yang baik dan teman dekat yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Seorang penjual minyak wangi terkadang mengoleskan wanginya kepada kamu dan terkadang kamu membelinya sebagian atau kamu dapat mencium semerbak harumnya minyak wangi itu.Sementara tukang pandai besi adakalanya ia membakar pakaian kamu ataupun kamu akan menciumi baunya yang tidak sedap.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Maslahat yang akan diperoleh ketika seseorang bergaul dengan teman yang baik sangatlah besar. Akhlak dan kebaikan teman bergaul yang baik akan mendorong seorang muslim untuk meniru dan mencontoh teman yang baik tersebut, atau minimal masyarakat akan memberikan penilaian yang baik karena melihat teman-teman sepergaulannya yang baik.
Belum lagi misalnya ada diantara teman-teman yang baik tersebut yang tanpa sepengetahuan kita telah dengan tulus menghadirkan nama kita dalam doa-doa nya. Dan doa seorang muslim kepada saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya itu adalah termasuk dalam doa yang mustajabah. Bukankah yang demikian itu merupakan karunia yang besar. Keadaan ini juga berlaku sebaliknya yakni apabila seseorang berkumpul dan bergaul dengan teman yang buruk, maka hal itu sungguh dapat membahayakan iman orang tersebut.
Teman-teman yang sholeh akan senantiasa mendukung kita jika kita melakukan suatu kebaikan. Ia akan mengingatkan kita manakala kita melakukan suatu hal yang salah. Dan hanya teman yang sholeh yang akan menemani kita dalam kesusahan hari kiamat nanti disaat pertemanan yang tidak dilandasi dengan iman tidak mampu memberikan manfaat. “Teman-teman akrab pada hari itu (hari kiamat) sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa” (QS. Az Zukhruf:67)
Hal yang tidak kalah penting adalah cintailah orang-orang yang sholeh. Pada akhir tulisan ini, ada sebuah hadits shahih yang indah untuk kita renungkan, diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim bahwasanya sahabat Anas bin Malik mengatakan :
“Ketika kami dan Rasulullah keluar dari masjid, tiba-tiba seseorang menemui kami di dekat pintu masjid, lalu bertanya, ‘Ya Rasulullah, kapan kiamat itu (akan tiba)?’
Rasulullah saw. kemudian bertanya, ‘Apa yang sudah engkau persiapkan untuk menghadapinya?’. Anas berkata, ‘Orang tersebut, seakan menunduk.’
Kemudian orang tersebut berkata, ‘Ya Rasulullah, aku tidak pernah menyiapkan dalam bentuk shalat, puasa, dan bersedekah yang banyak, namun aku hanya mencintai Allah dan Rasul-Nya.’
Rasulullah bersabda, ’Engkau akan bersama-sama dengan orang yang engkau cintai.’
Dalam kesempatan lain, sahabat Anas bin Malik juga pernah mengatakan, “Aku mencintai Allah, Rasul-Nya, Abu Bakar, dan Umar, dengan harapan semoga kelak aku bersama dengan mereka, meskipun aku tidak pernah melakukan layaknya perbuatan mereka (tidak dapat menandingi amal mereka, red).” (Shahih Muslim)
Terima Kasih. Jazakumullah khairan katsiran.