santri pesantren tahfidz belajar dagang

Menghilangkan Rasa Bosan Selama Menghafal Qur’an di Pesantren

Kerap kali rasa bosan menghinggapi benak para santri yang belajar di Pesantren.  Hal ini biasanya dialami oleh santri yang baru pertama kali mondok dan berasal dari keluarga yang tinggal di kota.

menghilangkan rasa bosan dengan berdagangGegar budaya, kalau boleh dikatakan demikian, terjadi berulang pada santri yang baru.  Tak heran jika mereka yang merasa bosan dengan suasana yang itu-itu saja akan menyebabkan mereka pulang ke rumah masing-masing.  Selain tempat yang memang asing, suasana yang baru dan dengan teman yang baru memang membuat mereka tidak betah.

Bagaimana caranya supaya para santri itu betah tinggal di pesantren, terutama pesantren yang jauh dari keramaian?.  Berikut hal-hal yang sering diperhatikan oleh para santri:

1.  Tempat tinggalnya harus nyaman.  Nyaman disini bukan berarti tempatnya harus mewah.  Tidak demikian.  Nyaman ini berkaitan dengan tempatnya sejuk, jauh dari keramaian tetapi tetap ramai tidak sepi.  Mereka nyaman berinteraksi antar-santri atau dengan orang yang berada di sekeliling pesantren.

Kehidupan santri lebih banyak di luar kamar.  Karena para santri ini masih kategori anak-anak, maka mereka merasa nyaman jika ada fasilitas yang membuat mereka bebas bergerak di luar.  Sediakan playing ground yang memadai.  Jika tidak, sesekali usahakan keluar pesantren dan ajak mereka outing.  Rekreasi sejenak diluar bisa menghilangkan rasa jenuh mereka.

2.  Ustadznya baik dan enak mengajar.   Pandangan ini agak subjektif.  Tetapi perlu diketahui bahwa bagi para penghafal Al Qur’an, hubungan batin yang erat antara santri dan ustadz ini menentukan apakah santri tersebut betah atau tidak untuk meneruskan belajar di tempat tersebut.

Seringkali gejolak-gejolak kecil yang terjadi pada diri santri, misalkan santri tersebut ingin pulang ke rumahnya karena tidak betah, dengan adanya hubungan baik dengan ustadz, maka santri tersebut tidak jadi pulang.

Ustadz yang baik memiliki pendekatan kekinian, istilah orang sekarang.  Mereka bisa menyesuaikan dengan kebiasaan santri, untuk selanjutnya menuntun santri ke ke jalan yang benar.  Maksudnya adalah ustadz atau guru bisa mengadakan pendekatan pribadi ke santri.

3.  Ratio assatidz/ustadz dengan Santri tidak lebih dari 1 : 15.  Dengan ratio yang kecil ini diharapkan mereka bisa membuat halaqah kecil yang intensif dan guru bisa mengawasi perkembangan santri lebih baik.

Banyak sekolah Islam Terpadu yang sudah menerapkan konsep ini dengan ratio 2 guru berbanding 25 siswa.  Pendekatan yang intensif perlu dilakukan terutama karena para santri sudah merantau jauh dan tidak satu rumah lagi dengan orangtuanya.

Di Pesantren Akbar, ratio guru dan murid adalah 1:12 atau 1:13.  Untuk tahap awal di 2017 ini, pesantren yang terletak di kawasan wisata edukasi Sentulfresh ini hanya menerima maksimal 25 orang santri saja.  Hal ini terkait dengan rencana pengembangan pesantren yang akan move on di tahu 2018.

3.  Umur para santri tidak terlalu jauh. Ada kekhawatiran dari sebagian santri yang belum pengalaman nyantren, manakala ia jauh dari rumah, maka anak yang tidak kuat mentalnya akan menjadi takut dan lemah.

Sebenarnya kekhawatiran ini juga beralasan.  Karena tidak jarang mereka yang tinggal di kawasan pesantren pun tetap memiliki kecenderungan monopoli teritori.  Hal ini harus di antisipasi oleh pihak pesantren sehingga tidak ada dominasi salah satu santri atau kelompok santri yang mendominasi kelompok santri yang lain.

Problem bully membully ini biasanya terjadi pada santri yang sudah tua kepada santri yang usianya jauh di bawah dia.  Dengan pengawasan yang ketat, maka tindakan mem-bully ini bisa diatasi.

4.  Ada kegiatan ekstra kurikuler.  Kegiatan ekstra kurikuler ini bisa seperti olahraga main bola, main futsal, atau olahraga beladiri seperti karate atau silat.  Selain memang baik untuk kesehatan, olahraga memiliki fungsi untuk memperbaiki metabolisme tubuh dan memperlancar peredaran darah.  Dan tentu saja, baik anak-anak, baik untuk pertumbuhan tulang dan pertumbuhan kecerdasannya.

5.  Beri kegiatan yang Bermanfaat seperti berdagang.  Tidak semua pesantren menyediakan fasilitas ini.  Untuk pesantren yang ber label pesantren bisnis, maka syarat bisa berdagang ini wajib hukumnya.

Kegiatan ini bisa berupa menyediakan fasilitas berdagang bagi santrinya, seperti menyediakan koperasi atau warung serba guna di kompleks pesantren sehingga mereka bisa belajar berdagang atau ikut bazaar di suatu tempat keramaian.

Di Pesantren Akbar, para santri melakukan kegiatan rutin dengan belajar berdagang atau berjualan di Zikir Akbar yang diadakan 1 bulan sekali di Masjid Az Zikra sekaligus mengikuti kegiatan rutin taklim ilmu dari ustadz KH Arifin Ilham.  Zikir Akbar ini menjadi keasyikan tersendiri bagi para santri, karena selain mereka belajar menjual barang, mereka juga mendapatkan uang jajan dari pembagian keuntungan hasil penjualan pada saat itu.

Selain kegiatan zikir akbar, santri madrasah bisnis tahfidz Pesantren Akbar di Sentulfresh ini juga diajarkan dagang di kawasan wisata tersebut.  Mereka melakukan kegiatan ini pada saat sengang dan bergiliran sehingga semua santri bisa merasakan sensasi berjualan dan mendapatkan uang.

Demikian beberapa pengalaman dari beberapa santri yang nyantren di Pesantren Tahfidz Akbar dan beberapa disarikan dari pengalaman santri belajar di tempat lain.

Tinggalkan Balasan