4 Tips Agar Hidup Penuh Berkah Dunia dan Akhirat

 4 tips agar hidup penuh berkah Setiap kita pasti menginginkan tubuh yang sehat, umur yang panjang, hidup yang indah dan hidup yang berkecukupan. Hanya saja, perjalanan hidup tak selalu ideal.
Ada orang mudah mencari harta, dia kaya-raya, tetapi hidupnya tidak berkah. Maka hatinya akan selalu gundah, penyakit datang tiap saat.

Sementara itu, ada orang yang hidupnya sederhana namun penuh berkah, pendapatannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok saja, namun Allah subhanahu Wata’ala selalu memberinya kesehatan, jauh dari penyakit, jauh dari kegelisahan batin, dan dia mendapatkan kebahagiaan dalam hidup.

Karena itu dalam Islam, kaum Muslim dianjurkan mencari keberkahan (barakah). Berkah (barokah). Dalam kamus Al Munawwir, barakah (البركة) artinya adalah “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia.” Sedang menurut Imam al Ghazali, berkah artinya ziyadatul khair, “bertambah-tambahnya kebaikan”.

Nah, Pada tulisan kali ini saya akan berbagi bagaimana meraih keberkahan, 4 tips agar hidup penuh berkah, yuuuk kita baca…!!!!

Info Pendaftaran Pesantren Wirausaha Sentul-Bogor “Rumah Tahfidz Akbar” Klik Disini.

1. Bertaqwa Kepada ALLAH SWT.

Sebagian orang, taqwa itu masih dinilai abstrak. Meskipun dalam beberapa ayat, teknik operasionalnya cukup jelas. Seperti takwa pada Q.S. Ali Imran : ayat 133 dan 144, operasionalnya cukup jelas. Tetapi, dalam konteks keuntungan yang langsung diperoleh dalam kehidupan dunia, kejelian berpikir memang sangat diperlukan.

Operasional taqwa pada ayat di atas di antaranya adalah tetap membelanjakan (infaq) harta bendanya di jalan Allah baik dalam kondisi lapang maupun sempit. Infaq dalam kondisi lapang, mungkin tidak seberat kala dalam kondisi sempit (amat berhajat terhadap harta). Tetapi, jika ingin sampai pada derajat takqa, keduanya mesti diupayakan.

Muslim yang mau berpikir, tentu akan menggali hikmah di balik diberlakukannya perintah yang sepintas cukup memberatkan ini. Mari kita kupas perlahan-lahan.

Kalau diperhatikan, setiap akhir pekan, warga ibu kota dan warga kota-kota besar di negeri ini (dominan kaum hawa) shopping di mall.
Mall bak rumah kedua yang amat membahagiakan hati mereka. Apa lagi saat diskon, sale dan obral komoditi yang mereka sukai, sehingga berada di mall meski akan menguras tabungan, tetap mereka lakukan dengan senang hati.

Sedangkan taqwa, tidak sependek berbelanja di mall yang lagi obral diskon dan hadiah. Tetapi, secara logika, pengamalan takwa secara sungguh-sungguh akan mendatangkan keuntungan tak terkira, yang bukan saja di dunia, tetapi juga di akhirat. Tetapi, lagi-lagi di sini diperlukan kejelian atau tepatnya kedalaman berpikir, sehingga ada kekuatan untuk terus sabar dan istiqomah dalam menjalani kehidupan ini dengan taqwa.

2. Menegakkan Sholat.

Manivestasi iman paling dasar yang akan membuat ketakwaan seorang Mukmin terpelihara adalah shalat. Shalat secara fisik dalam tinjauan medis, ternyata memberikan dampak signifikan bagi kesehatan tubuh. Padahal, shalat di sisi yang lebih inti, merupakan media komunikasi setiap hamba dengan Alah Ta’ala.

Posisi sujud misalnya. Gerakan menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai itu ternyata memiliki dampak sangat bagus bagi kesehatan tubuh.
Manfaat : Aliran getah bening dipompa ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan darah kaya oksigen bisamengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang.

Karena itu, lakukan sujud dengan tuma’ninah, jangan tergesa – gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Postur ini juga menghindarkan gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik rukuk maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
Manfaat pada gerakan lain, tentu juga tidak kalah baiknya bagi kesehatan tubuh. Logikanya, semakin sering shalat dilakukan semakin baik kesehatan kita. Dengan kata lain, kewajiban shalat ini sejatinya adalah perintah yang Allah berikan kepada kita untuk memenuhi kebutuhan jiwa raga manusia itu sendiri. Dengan kata lain, siapa enggan shalat apalagi tidak mau shalat, maka kerugiannya sangat luar biasa.

3. Sering Bersedekah.

Sedekah ini empirisnya terkesan mengurangi aset atau harta. Tapi, hakikatnya tidak. Contoh, seorang ibu yang merelakan 100 persen daya potensi dan waktunya untuk mendidik anak-anaknya, hampir pasti akan memiliki anak yang cerdas, kuat dan insha Allah sholeh dan sholehah. Bandingkan dengan seorang ibu yang tidak memberikan 100 persen daya potensi dan waktunya kepada putra-putrinya.

Demikian pula dengan sedekah. Sedekah itu mengurangi nominal atau angka, tetapi menambah pada sisi lainnya, yang pada akhirnya akan berimbas pada penambahan nominal itu sendiri. Abdurrahman bin Auf memang banyak mengeluarkan sedekah, tetapi sedekah itu pula yang membuatnya kwalahan menerima keuntungan dalam bisnis yang dijalaninya.

Oleh karena itu, tidak salah jika belakangan muncul istilah Giving is Receiving (memberi itu hakikatnya menerima). Toh, dalam Al-Qur’an, satu sedekah atau infaq Allah janjikan balasan hingga 700 kali lipat (QS. Al-Baqarah [2]: 261). Tentu semua mensyaratkan keikhlasan dan kebeningan hati dan keseuaian dengan tuntunan Nabi.

4. Mudah Memaafkan.

Terluka, sakit hati, setiap orang rasanya pasti pernah mengalami ini. Tetapi, memelihara dendam ilustrasinya sama dengan orang yang menyimpan bau busuk di lemari pribadinya.

Tetapi, dendam tidak sama dengan bau busuk. Kebanyakan orang yang enggan berpikir dan mengedepankan egonya, lebih memilih dendam dari pada iman. Akhirnya tidak mau memaafkan, bahkan kalau bisa cari cara gimana caranya bisa balas dendam. Padahal ketika seseorang menyimpan dendam sama saja dia menyimpan penyakit dalam dirinya.

Tetapi, bagaimanapun Islam tidak menghendaki umatnya menjadi pendendam. Dalam soal ini, kita patut bercermin kepada Nabi Yusuf Alayhissalam. Beliau mengalami derita luar biasa karena sifat iri, dengki dan hasad saudara-saudaranya. Tetapi, kala Nabi Yusuf menjadi orang dan saudara-saudaranya datang dalam kondisi tak berdaya, beliau memaafkan mereka yang pernah menganiaya dan menyengsarakan kehidupan beliau.

Dia (Yusuf) berkata: “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang diantara para penyayang” (QS. Yusuf [12]: 92).

Kita bisa lihat, apa pengakuan Allah terhadap sikap Nabi Yusuf yang jantan memberi maaf itu? Allah menyebut kisah beliau sebagai sebaik-baik kisah dari sejarah kehidupan umat manusia yang pernah ada di muka bumi ini.

Tentu, masih banyak amalan lain yang mengundang keberkahan dalam hidup, setidaknya kita berusaha untuk melaksanakan 4 amalan diatas, Agar Allah selalu melimpahkan keberkahanNya kepada kita. Wallahu’Alam.. Terima Kasih. Semoga Bermanfaat. Jazakumullah Khairan Katsiran. (ASD)

Info Pendaftaran Pesantren Wirausaha Sentul-Bogor “Rumah Tahfidz Akbar” Klik Disini.

Tinggalkan Balasan